Selasa, 04 Agustus 2015

Indonesia dimata orang jepang

Indonesia dimata orang jepang

              SEMALAM saya membaca buku berjudul Kangen Indonesia: Indonesia di Mata Orang Jepang yang ditulis Hisanori Kato, dan diterbitkan Kompas. Buku ini berisikan catatan harian seorang peneliti Jepang yang tinggal cukup lama di Indonesia. Ia menulis tentang kesan serta pengalaman batinnya tentang Indonesia. Di awal kedatangan, ia senantiasa mengkritik situasi dan merasa tidak nyaman. Namun setelah beberapa waktu, ia belajar banyak dan menemukan tetes-tetes pencerahan.

Ternyata, ada banyak pelajaran besar di sekitar kita yang seringkali luput dari pengamatan. Kehadiran orang asing seperti Sato telah membantu kita untuk menemukan mutiara yang tersimpan di sekitar kita. Mutiara itu mencakup pandangan hidup, filosofi, serta cara manusia Indonesia merespon semua persoalan. Sato mengaku belajar banyak. Ia akhirnya menemukan kekuatan tersembunyi manusia Indonesia yang bisa menginspirasi bangsa lain. Kekuatan itu terletak pada kearifan warga untuk menyikapi masalah, serta pandangan hidup yang selalu melihat sesuatu sebagai proses.

Sato agak beda dengan sejumlah professor asing yang terbiasa dengan kenyamanan. Sato justru mencari ketidanyamanan. Ke mana-mana ia menggunakan bis kota atau fasilitas angkutan umum. Ia bersahabat dengan banyak kalangan. Mulai dari Gus Dur hingga seorang pemilik warung kaki lima. Malah, ia juga belajar menjadi warga kelas bawah. Suatu hari ia mencoba menjadi pengamen di bis kota. Tujuannya adalah mengetahui bagaimana daya tahan serta kemampuan warga kelas bawah untuk menghadapi dunia sosialnya.

Saya sangat menikmati tulisan-tulisannya tentang benturan budaya. Ia besar dalam budaya Jepang yang sangat menghargai efisiensi, ketepatan waktu, dan kerja keras. Ketika di Indonesia, ia terperangah melihat waktu yang serupa karet gelang dan bisa diatur. Ia juga kaget dengan pandangan hidup yang tidak terlalu peduli dengan efisiensi, serta pandangan yang selalu merasa cukup.

Sato adalah seorang Jepang yang mulanya shock melihat kultur Indonesia. Hebatnya, ia tak hendak larut dan bersikap sinis sebagaimana para bule atau ekspatriat yang melihat Indonesia. Ia malah belajar banyak, dan mulai melihat sisi lain kebudayaan Indonesia yang berbeda dengan kebudayaan barat. Sebagaimana dikatakannya, budaya barat selalu menuntut efisiensi serta kerja keras. Waktu menjadi amat singkat sebab semua orang bergegas.

Sato kemudian mengkritik budaya barat yang seolah tidak memberikan ruang bagi manusia untuk sekadar rehat atau menarik nafas. Di Indonesia, warganya bisa menyisihkan waktu untuk melihat kemajuan tidak sebagai sesuatu hal yang harus dikejar membabi-buta, melainkan dijalani secara apa adanya dan tak banyak menuntut. Dengan demikian, manusia Indonesia punya kendali besar atas waktu. Mereka bebas menentukan waktu dan tidak dikendalikan.

Saya juga suka uraiannya tentang para tokoh yang suka pidato di Indonesia. Mulanya ia suka terheran-heran melihat seorang tokoh berpidato dengan tanpa teks, serta gerak tangan dan retorika yang membuat semua hadirin terpingkal-pingkal. Katanya, di Jepang semuanya serba rinci. Ia jarang melihat spontanitas.

Ketika diminta pemerintahnya menjadi penerjemah dialog antara pejabat Jepang dan Idonesia, ia merasa kesal dengan pejabat Jepang, yang membaca konsep pidato agar waktu berbicaranya efisien yakni 10 menit. Sato memprotes, apakah tak bisa pejabat itu berpidato dengan santai dan spontan sebagaimana orang di Indonesia? Nah, pada titik ini ia sudah menjadi orang Indonesia.

Saya sangat menikmati pandangan-pandangannya tentang orang Indonesia. Ia mengingatkan saya pada seorang sahabat Shino yang juga tekun, disiplin, serta sangat efisien menata waktu. Saya membayangkan, apakah Shino akan seperti Sato ketika ke Indonesia? Saya yakin tidak. Tak semua orang bisa belajar banyak dari ketidaknyamanan, dan kemudian bisa memahami filosofi besar di balik itu. Tidak semua orang bersedia untuk berempati yakni menjadi gelas kosong, kemudian mengisi berbagai pengetahuan yang di dapatkan ke gelas itu. Lebih banyak orang yang menilai sesuatu dengan titik pandangnya. Tanpa berniat memahami yang lain.

Sato bisa belajar banyak hal, mulai dari keramahan, kebaikan, rasa pemaaf, toleransi, hingga indahnya Ramadhan di Indonesia. Pada akhirnya, ia sangat rindu dengan Indonesia. Ia rindu dengan sesuatu yang tidak terjadwal. Ia suka naik bis yang ketika jarak tujuan dekat, maka bisa membayar separuh ke sopir. Ia juga suka dengan kehangatan persahabatan yang ditemuinya di mana-mana.

Ia juga suka dengan semua kuliner khas Indonesia, yang menurutnya mencerminkan budaya. Ia suka dengan cara makan pakai tangan, yang menurutnya menunjukkan penghormatan pada alam dengan cara menyentuhnya. Sungguh beda dengan masyarakat Barat yang tak mau menyentuh alam, malah ingin menaklukannya dengan sendok dan garpu.

Saya menggemari catatan yang ringan dan penuh makna ini. Meskipun dirinya profesor, ia tidak menulis dengan gaya akademik yang kaku itu. Ia menulis dengan gaya bahasa yang ringan dan renyah untuk dibaca. Catatannya telah membantu kita untuk memahami negeri sendiri dari sudut yang berbeda, dari satu sudut yang selama ini diabaikan.


Membaca tulisannya, saya tiba-tiba bercermin, dan melihat ulang diri saya sebagaimana dilihat orang lain. Pada akhirnya saya sadar bahwa selalu ada berlian di balik setiap kenyataan. Hanya saja, hanya mereka yang mau membuka diri serta belajar yang akan menemukan berlian itu. Sato adalah satu dari sedikit penemu berlian kehidupan itu.

Indonesia menuju Madani

Indonesia menuju Madani

Masyarakat Madani (dalam bahasa Inggris: civil society) dapat diartikan sebagai suatu masyarakat yang beradab dalam membangun, menjalani, dan mamaknai kehidupannya. Kata madani sendiri berasal dari bahasa Inggris yang artinya civil atau civilized (beradab). Istilah masyarakat madani adalah terjemahan dari civil atau civilized society, yang berarti masyarakat yang berperadaban. Untuk pertama kali istilah Masyarakat Madani dimunculkan oleh Anwar Ibrahim, mantan wakil perdana menteri Malaysia. Menurut Anwar Ibrahim, masyarakat madani merupakan sistem sosial yang subur berdasarkan prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan individu dengan kestabilan masyarakat. Inisiatif dari individu dan masyarakat akan berupa pemikiran, seni, pelaksanaan pemerintah yang berdasarkan undang-undang dan bukan nafsu atau keinginan individu.

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWDrwQL065Gap45wLzAOaWSp84gfUKP4z8YQTWaA6PpFatpup8Jx87rVAUFg3q49EH5XZp2uub2R5hdq3bX6z5Gb85puEt8b4Yy0zjANlFDHdg4N9h4BQyLWQW2tAhBr5Jsj4BDBAdyDMs/s400/civil.jpg 
Dawam Rahardjo mendefinisikan masyarakat madani sebagai proses penciptaan peradaban yang mengacu kepada nilai-nilai kebijakan bersama.Dawam menjelaskan, dasar utama dari masyarakat madani adalah persatuan dan integrasi sosial yang didasarkan pada suatu pedoman hidup, menghindarkan diri dari konflik dan permusuhan yang menyebabkan perpecahan dan hidup dalam suatu persaudaraan.Masyarakat Madani pada prinsipnya memiliki multimakna, yaitu masyarakat yang demokratis, menjunjung tinggi etika dan moralitas, transparan, toleransi, berpotensi, aspiratif, bermotivasi, berpartisipasi, konsisten memiliki bandingan, mampu berkoordinasi, sederhana, sinkron, integral, mengakui, emansipasi, dan hak asasi, namun yang paling dominan adalah masyarakat yang demokratis.

Masyarakat madani adalah kelembagaan sosial yang akan melindungi warga negara dari perwujudan kekuasaan negara yang berlebihan.Bahkan Masyarakat madani tiang utama kehidupan politik yang demokratis.Sebab masyarakat madani tidak saja melindungi warga negara dalam berhadapan dengan negara, tetapi juga merumuskan dan menyuarakan aspirasi masyarakat.

Sejarah
Filsuf Yunani Aristoteles(384-322) yang memandang civil society sebagai sistem kenegaraan atau identik dengan negara itu sendiri.Pandangan ini merupakan fase pertama sejarah wacana civil society.Pada masa Aristoteles civil society dipahami sebagai sistem kenegaraan dengan menggunakan istilah ‘’koinonia politike’’, yakni sebuah komunitas politik tempat warga dapat terlibat langsung dalam berbagai percaturan ekonomi-politik dan pengambilan keputusan.Rumusan civil society selanjutnya dikembangkan oleh Thomas Hobbes (1588-1679 M ) dan John Locke (1632-1704), yang memandangnya sebagai kelanjutan dari evolusi natural society.Menurut Hobbes, sebagai antitesa Negara civil society mempunyai peran untuk meredam konflik dalam masyarakat sehingga ia harus memiliki kekuasaan mutlak, sehingga ia mampu mengontrol dan mengawasi secara ketat pola-pola interaksi (prilaku politik) setiap warga Negara.Berbeda dengan John Locke, kehadiran civil society adalah untuk melindungi kebebasan dan hak milik setiap warga Negara.

Fase kedua, pada tahun 1767 Adam Ferguson mengembangkan wacana civil society dengan konteks sosial dan politik di Skotlandia. Ferguson, menekankan visi etis pada civil society dalam kehidupan social.Pemahamannya ini lahir tidak lepas dari pengaruh dampak revolusi industri dan kapitalisme yang melahirkan ketimpangan sosial yang mencolok.

Fase ketiga pada tahun 1792 Thomas Paine mulai memaknai wacana civil society sebagai sesuatu yang berlawanan dengan lembaga Negara, bahkan dia dianggap sebagai antitesa Negara.Menurut pandangan ini, Negara tidak lain hanyalah keniscayaan buruk belaka.Konsep Negara yang absah, menurut mazhab ini, adalah perwujudan dari delegasi kekuasaan yang diberikan oleh masyarakat demi terciptanya kesejahteraan bersama.Semakin sempurna sesuatu masyarakat sipil, semakin besar pula peluangnya untuk mengatur kehidupan warganya sendiri.

Fase keempat, wacana civil society selanjutnya dikembangkan oleh Hegel (1770-1837 M), Karl Marx (1818-1883 M) dan Antonio Gramsci (1891-1937 M).[2] Dalam pandangan ketiganya civil society merupakan elemen ideologis kelas dominan.
Fase kelima, wacana civil society sebagai reaksi terhadap mazhab Hegelian yang dikembangkan oleh Alexis de Tocqueville (1805-1859 M.)Pemikiran Tocqueville tentang civil society sebagai kelompok penyeimbang kekuatan Negara Menurut Tocqueville, kekuatan politik dan masyarakat sipil merupakan kekuatan utama yang menjadikan demokrasi Amerika mempunyai daya tahan yang kuat. Adapun tokoh yang pertama kali menggagas istilah civil society ini adalah Adam Ferguson dalam bukunya ”Sebuah Esai tentang Sejarah Masyarakat Sipil’’ (An Essay on The History of Civil Society) yang terbit tahun 1773 di Skotlandia. Ferguson menekankan masyarakat madani pada visi etis kehidupan bermasyarakat.] Pemahamannya ini digunakan untuk mengantisipasi perubahan sosial yang diakibatkan oleh revolusi industri dan munculnya kapitalisme, serta mencoloknya perbedaan antara individu.

Konsep Masyarakat Madani
Masyarakat madani merupakan konsep yang berwayuh wajah. Memiliki banyak arti atau sering diartikan dengan makna yang berbeda – beda .Bila merujuk pada pengertian dalam bahasa Inggris, ia berasal dari kata civil society atau masyarakat sipil, sebuah kontraposisi dari masyarakat militer.

Istilah masyarakat madani selain mengacu pada konsep civil society, juga berdasarkan pada konsep negara-kota Madinah yang dibangun Nabi Muhammad SAW pada tahun 622 M.Masyarakat madani juga mengacu pada konsep tamadhun (masyarakat yang beradaban) yang diperkenalkan oleh Ibn Khaldun, dan konsep Al Madinah al Fadhilah (Madinah sebagai Negara Utama) yang diungkapkan oleh filsuf Al-Farabi pada abad pertengahan.

Menurut Dr. Ahmad Hatta, peneliti pada Lembaga Pengembangan Pesantren dan Studi Islam, Al Haramain, Piagam Madinah adalah dokumen penting yang membuktikan betapa sangat majunya masyarakat yang dibangun kala itu, di samping juga memberikan penegasan mengenai kejelasan hukum dan konstitusi sebuah masyarakat.Bahkan, dengan menyetir pendapat Hamidullah (First Written Constitutions in the World, Lahore, 1958), Piagam Madinah ini adalah konstitusi tertulis pertama dalam sejarah manusia.Konstitusi ini secara mencengangkan telah mengatur apa yang sekarang orang ributkan tentang hak-hak sipil (civil rights), atau lebih dikenal dengan hak asasi manusia (HAM), jauh sebelum Deklarasi Kemerdekaan Amerika (American Declaration of Independence, 1997), Revolusi Prancis (1789), dan Deklarasi Universal PBB tentang HAM (1948) dikumandangkan.

Sementara itu konsep masyarakat madani atau dalam khazanah Barat dikenal sebagai civil society (masyarakat sipil), muncul pada masa pencerahan (Renaissance) di Eropa melalui pemikiran John Locke dan Emmanuel Kant.Sebagai sebuah konsep, civil society berasal dari proses sejarah panjang masyarakat Barat yang biasanya dipersandingkan dengan konsepsi tentang state (Negara).Dalam tradisi Eropa abad ke-18, pengertian masyarakat sipil ini dianggap sama dengan negara (the state), yakni suatu kelompok atau kesatuan yang ingin mendominasi kelompok lain.

Unsur-unsur Masyarakat Madani
Masyarakat madani tidak muncul dengan sendirinya.Ia menghajatkan unsur- unsur sosial yang menjadi prasayarat terwujudnya tatanan masyarakat madani. Beberapa unsur pokok yang dimiliki oleh masyarakat madani adalah:

Adanya Wilayah Publik yang Luas
Free Public Sphere adalah ruang publik yang bebas sebagai sarana untuk mengemukakan pendapat warga masyarakat.Di wilayah ruang publik ini semua warga Negara memiliki posisi dan hak yang sama untuk melakukan transaksi sosial dan politik tanpa rasa takut dan terancam oleh kekuatan – kekuatan di luar civil society.

Demokrasi
Demokrasi adalah prasayarat mutlak lainnya bagi keberadaan civil society yang murni (genuine).Tanpa demokrasi masyarakat sipil tidak mungkin terwujud.Demokrasi tidak akan berjalan stabil bila tidak mendapat dukungan riil dari masyarakat. Secara umum demokrasi adalah suatu tatanan sosial politik yang bersumber dan dilakukan oleh, dari, dan untuk warga Negara.

Toleransi
Toleransi adalah sikap saling menghargai dan menghormati perbedaan pendapat.

Pluralisme
Kemajemukan atau pluralisme merupakan prasayarat lain bagi civil society.Pluralisme tidak hanya dipahami sebatas sikap harus mengakui dan menerima kenyataan sosial yang beragam, tetapi harus disertai dengan sikap yang tulus untuk menerima kenyataan perbedaan sebagai sesuatu yang alamiah dan rahmat Tuhan yang bernilai positif bagi kehidupan masyarakat.

Keadilan social
Keadilan sosial adalah adanya keseimbangan dan pembagian yang proporsional atas hak dan kewajiban setiap warga Negara yang mencakup seluruh aspek kehidupan: ekonomi, politik, pengetahuan dan kesempatan. Dengan pengertian lain, keadilan sosial adalah hilangnya monopoli dan pemusatan salah satu aspek kehidupan yang dilakukan oleh kelompok atau golongsn tertentu.

Ciri-ciri Masyarakat Madani
Merujuk pada Bahmuller (1997), ada beberapa ciri-ciri masyarakat madani, antara lain:

1.Terintegrasinya individu – individu dan kelompok – kelompok eksklusif ke dalam masyarakat melalui kontrak sosial dan aliansi sosial.

2.Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan – kepentingan yang mendominasi dalam masyarakat dapat dikurangi oleh kekuatan – kekuatan alternatif.

3.Terjembataninya kepentingan – kepentingan individu dan negara karena keanggotaan organisasi – organisasi volunter mampu memberikan masukan – masukan terhadap keputusan – keputusan pemerintah.

4.Meluasnya kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust) sehingga individu – individu mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri (individualis).

5.Adanya pembebasan masyarakat melalui kegiatan lembaga – lembaga sosial dengan berbagai perspektif.

Pilar Penegak Masyarakat Madani
Pilar penegak masyarakat madani adalah institusi-institusi yang menjadi bagian dari sosial kontrol yang berfungsi mengkritisi kebijakan-kebijakan penguasa yang diskriminatif serta mampu memperjuangkan aspirasi masyarakat yang tertindas. Pilar-pilar tersebut antara lain:

Lembaga Swadaya Masyarakat
Lembaga Swadaya Masyarakat adalah institusi sosial yang dibentuk oleh swadaya masyarakat yang tugas utamanya adalah membantu dan memperjuangkan aspirasi dan kepentingan masyarakat yang tertindas. LSM dalam konteks masyarakat madani bertugas mengadakan pemberdayaan kepada masyarakat mengenai hal-hal yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya mengadakan pelatihan dan sosialisasi program-program pembangunan masyarakat.

Pers
Pers adalah institusi yang berfungsi untuk mengkritisi dan menjadi bagian dari sosial kontrol yang dapat menganalisa serta mempublikasikan berbagai kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan warga negaranya. Selain itu, pers juga diharapkan dapat menyajikan berita secara objektif dan transparan.

Supremasi Hukum
Setiap warga negara , baik yang duduk dipemerintahan atau sebagai rakyat harus tunduk kepada aturan atau hukum. Sehingga dapat mewujudkan hak dan kebebasan antar warga negara dan antar warga negara dengan pemerintah melalui cara damai dan sesuai dengan hukum yang berlaku. Supremasi hukum juga memberikan jaminan dan perlindungan terhadap segala bentuk penindasan individu dan kelompok yang melanggar norma-norma hukum dan segala bentuk penindasan hak asasi manusia.

Perguruan Tinggi
Perguruan tinggi merupakan tempat para aktivis kampus (dosen dan mahasiswa) yang menjadi bagian kekuatan sosial dan masyarakat madani yang bergerak melalui jalur moral porce untuk menyalurkan aspirasi masyarakat dan mengkritisi berbagai kebijakan-kebijakan pemerintah. Namun, setiap gerakan yang dilakukan itu harus berada pada jalur yang benar dan memposisikan diri pada real dan realitas yang betul-betul objektif serta menyuarakan kepentingan masyarakat.Sebagai bagian dari pilar penegak masyarakat madani, maka Perguruan Tinggi memiliki tugas utama mencari dan menciptakan ide-ide alternatif dan konstruktif untuk dapat menjawab problematika yang dihadapi oleh masyarakat.

Partai Politik

Partai Politik merupakan wahana bagi warga negara untuk dapat menyalurkan aspirasi politiknya. Partai politik menjadi sebuah tempat ekspresi politik warga negara sehingga partai politik menjadi prasyarat bagi tegaknya masyarakat madani.


Dari penjelasan mengenai sejarah serta ciri- cirinya Masyarakat Madani diatas maka kita pasti sudah bisa menjawab masing-masing, apakah masyarakat kita sudah madani atau belum?

Apa yang Dimaksud Negara Emerging Market

Apa yang Dimaksud Negara Emerging Market

Description: https://flatworldbusiness.files.wordpress.com/2013/05/10-ranked-emerging-markets-2012-2017.png
 Setiap investor mengetahui kapan saatnya membeli dengan murah dan menjual dengan tinggi. Namun, mereka yang menginginkan keuntungan dalam jumah besar dari modal mereka mungkin harus menunggu selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun untuk menumbuhkan dana mereka secara eksponensial jika mereka mengivestasikannya dalam saham unggulan (blue chips) seperti Microsoft atau Apple. Maka dari itu, para investor yang agresif sering berebut mendapatkan saham perusahaan-perusahaan yang lebih kecil yang diperdagangkan di pasar-pasar yang tengah berkembang untuk menuai keuntungan modal sebesar mungkin. Perusahaan-perusahaan ini sering ditemukan di 2 jenis pasar: frontier market dan emerging market. Namun, jenis-jenis perusahaan yang memperdagangkan saham di kedua jenis pasar ini tidak selalu sama.

Apa itu "Emerging Markets"?
Perusahaan-perusahaan yang dipertimbangkan untuk memperdagangkan sahamnya di emerging market biasanya berlokasi di tempat yang disebut sebagai LEDC (less economically developed countries) atau negara-negara yang secara ekonomi kurang maju. Negara-negara seperti ini tidak memiliki kekuatan ekonomi yang setara dengan AS atau Jepang tetapi mereka masih dalam perjalanan mengokohkan pasar agar lebih stabil dan mantap. Sektor pasar dunia ini menyimpan risiko yang lebih tinggi, tetapi juga memberikan keuntungan yang lebih menggiurkan.

Apa itu "Frontier Markets"?
Tidak ada definisi baku untuk "frontier markets", tetapi intinya ia terdiri dari perusahaan-perusahaan dan investasi di negara-negara yang secara ekonomi bahkan kurang maju dibandingkan negara-negara emerging market. Banyak dari frontier markets yang tidak memiliki pasar sahamnya sendiri. Sejak September 2013, Morgan Stanley memiliki daftar 28 negara yang tergolong dalam frontier markets, yakni Kroasia, Tunisia, Pakistan dan Kenya. Frontier markets termasuk pasar paling berisiko di dunia untuk berinvestasi. Mereka memiliki jumlah investor dan kepemilikan investasi yang paling sedikit dan mungkin bahkan tidak memiliki apsar saham untuk menjualbelikan sahamnya sendiri. Sebagian besar frontier markets mencakup saham perusahaan keuangan, telekomunikasi dan konsumsi yang bisa bersandar pada pembayaran bulanan dari pelanggannya. Kepemilikan invetstasi di sektor ini umumnya tidak likuid, tidak transparan dan terimbas tingkat regulasi yang rendah dan biaya transaksi yang tinggi. Mereka juga bisa jadi meliputi risiko mata uang dan
politik yang tinggi, dan maka dari itu kurang sesuai untuk investor pemula dalam banyak kasus.

Apakah perbedaan dalam perkembangan keduanya?
Meskipun kedua jenis pasar ini termasuk dalam sektor umum yang sama dalam pasar ekonomi dunia, terdapat sejumlah perbedaan antara keduanya. Emerging markets memberikan likuiditas dan stabilitas yang lebih baik daripada frontier markets. Namun seiring dengan waktu, banyak analis keuangan yang yakin bahwa sebagian emerging markets telah mencapai tingkat kematangan sehingga sudah siap bersaing dengan pasar AS dan gagal memberikan tingkat diversifikasi yang mereka telah capai sebelumnya. Frontier markets perlahan-lahan berkembang secara pasti mengisi jurang perbedaan ini bagi para investor jangka panjang yang ingin mencari untung dari modalnya yang mayoritas tidak berkorelasi dengan ekonomi dunia secara umum.

Apa untung rugi berinvestasi di kedua jenis pasar ini?
Meskipun investasi di frontier markets tentunya muncul bersaman dengan sejumlah risiko yang tinggi, tingkat keuntungannya juga tidak bisa disepelekan karena mungkin setara dengan keuntungan yang dihasilkan di emerging markets selama dekade 1990-an dan awal 2000-an. Frontier markets mencakup seperlima hingga sepertiga populasi dunia dan meliputi beberapa negara ekonomi berkembang yang tumbuh secara pesat. Namun, frontier markets tersusun dari kurang lebih 2% kapitalisasi pasar global sehingga tetap menjadi bagian kecil dari ekonomi dunia. Sebagian ekonom juga meyakini bahwa perusahaan-perusahaan frontier markets di Afrika (yang setara dengan mayoritas negara-negara di benua itu) akan mengalami peningkatan ekonomi dunia besar-besaran dengan cara yang sama seperti AS dan negara-engara di Lingkaran Pasifik seperti Jepang. Ekonom dunia terkemuka di Renaissance Capital yakin bahwa ekonomi negara-negara sub-Sahara di Afrika akan tumbuh sekitar 15 kali lipat selama 35 tahun mendatang, dari $2 triliun menjadi $29
triliun. Namun, emerging markets masih bisa memberikan keuntungan lebih tinggi dari modal yang ditanamkan dengan risiko yang lebih rendah dan likuiditas yang lebih baik daripada kepemilikan modal di frontier markets meskipun korelasi dengan pasar AS makin tinggi. Para investor agresif dapat menuai utnung dalam jangka panjang dengan alokasi ganda dalam setiap sektor ini.

Kesimpulan

kedua jenis pasar tersebut di atas memberikan prospek keuntungan yang lebih tinggi dengan risiko yang tak kalah tinggi tetapi emerging markets memiliki stabilitas yang lebih baik dan lebih mantap daripada frontier markets. Negara-negara emerging markets mencapai tingkat perkembangan awal sementara frontier markets mewakili bangsa-bangsa dengan tingkat ekonomi paling rendah di pasar dunia. Namun, kekurangan ini memberikan tingkat diversifikasi investasi yang tak bisa ditiru oleh pasar yang lebih maju. Kedua jenis pasar ini membawa sejumlah risiko investasi, termasuk pasar, risiko politik dan ekonomi dan risiko nasionalisasi yang berbeda-beda.




http://www.ciputraentrepreneurship.com/investasi/perbedaan-antara-qemerging-marketq-dan-qfrontier-marketq

Psikopatik , Narsistik dan Totaliter Apakah Sama

Psikopatik , Narsistik dan Totaliter Apakah Sama?

Benarkah Adolf Hitler (1889-1945) itu psikopat? Sejarah mencatat, sebetulnya Hitler ingin menjadi seniman, mendaftar ke Akademi Seni Murni di Wina, pada 1907 dan 1908, tapi tidak diterima karena "tidak layak melukis". Jika diterima, pembersihan kaum Yahudi itu mungkin bisa di-gambar-kan saja, tidak usah diwujudkan secara konkret dan efisien: masukkan kamar gas.


Hitler hanya bisa menggertakkan geraham ketika dalam Olympiade Berlin 1936 pemenang lari 100 meter bukan dari ras Arya, melainkan Jesse Owens dari Amerika Serikat, yang berkulit hitam. Alih-alih sadar atas kepicikan rasis, semakin kuat tercatat dalam agenda tersembunyinya: keunggulan ras Arya harus dibuktikan dengan segala cara, termasuk membasmi kaum yang-waktu itu-tak bertanah air dan tak bernegara tapi menguasai perekonomian, seperti Yahudi.

Pertanyaannya: mengapa ada juga, bahkan banyak, yang mendukung dia, sehingga orang seperti Hitler bisa jadi Kanselir Jerman? Pemimpin psikopatik (psychopathic leader) ternyata ditempatkan dalam perbincangan narcissistic personality disorder (NPD). Disebutkan, pemimpin semacam itu adalah kulminasi dan perwujudan dari peradaban pada masanya: memang akan menonjol dalam khalayak narsisistik.

Narsisis akan menemukan, membentuk, dan memandang dirinya sendiri dengan keliru, sebagai bagian dari dongeng yang berada dalam pilihan untuk ditakuti atau dikagumi. Semula menjaga jarak ketika menggenggam realitas, dirinya menjadi lebih buruk dalam jebakan kekuasaan. Delusi diri dan fantasinya atas kebesaran, didukung otoritasnya sendiri dalam kenyataan, serta kegemaran narsisis untuk mengelilingi diri dengan para penjilat, hanya akan menguburnya (Vaknin, 2013: 47). Dalam dunia wayang, raja raksasa memang didukung raksasa, raja monyet didukung monyet, dan raja manusia didukung manusia. Bukankah tokoh-tokoh pendukung tertentu, terhadap seorang pemimpin tertentu, tampak "sejenis" alias karakternya "mirip-mirip" pemimpin tersebut?

Perbincangan tentang Stalin dalam buku karya Robert Conquest, The Great Terror: A Reassessment (1968), menempatkan psikopati seorang pemimpin sebagai penyebab langsung totaliterisme (Moscovici: 2011/06/29). Adapun dalam totaliterisme, ideologi menjelaskan segalanya berdasarkan tujuan, melakukan rasionalisasi atas segala halangan yang mungkin muncul ataupun segala daya yang mungkin merupakan tantangan terhadap negara. Dukungan rakyat mengizinkan negara memperluas wilayah tindakan dalam berbagai bentuk pemerintahan. Segala perbedaan pendapat dicap sebagai kejahatan dan perbedaan politik internal tidak diizinkan (www.britannica.com: 2014/6/9).

Terdapatnya lebih dari satu partai dan diselenggarakannya pemilu bukanlah jaminan suatu negeri tak jadi-dan tak akan menjadi-totaliter. Jangan kaget jika sejumlah pemikir memasukkan pula Amerika Serikat, setelah menyebut Nasional-sosialisme Jerman, Uni Soviet, dan Kuba, seperti dilakukan Marcuse (1964) dan Reich (1971), meski ada juga yang membatasi diri hanya pada Italia-nya Mussolini (Orr dalam DeCrespigny & Cronin, 1975: 134). Ideologi yang begitu populer seperti nasionalisme bahkan tak kurang-kurangnya menjadi contoh kasus bagi praktek totaliterisme [Ward, 1982 (1966): 37-41]. Begitu juga tentunya dengan ideologi bernuansa keagamaan yang tampak "antihama", suci-murni, bersih, dan tanpa noda.

Bagaimana khalayak terkibuli? Dengan mesin propaganda yang efisien, totalitarisme berhasil memberlangsungkan transformasi kelas-kelas sosial menjadi massa, sehingga partai-partai bukan dilebur ke dalam partai tunggal, melainkan dijadikan gerakan massa. Seorang pemimpin fanatik akan menciptakan massa yang merasa selalu dibohongi, diperlakukan tidak adil, dan berada di dalam sistem sosial-politik yang keliru.

Hal ini membuat pemimpin macam apa pun yang berjanji menggantikan sistem lama-yang telah membuat nasib mereka sungguh malang-akan didukung. Pendukung seperti ini lantas menjadi fanatik juga, sehingga ketika mengetahui betapa segenap retorika hanyalah semu, justru semakin bangga, karena tahu segalanya memang adalah kebohongan sahaja. Massa ini akan dibuat berdaya melalui suatu tujuan agresif, antara lain dengan memberinya musuh obyektif, yakni berciri tertentu: dari cara rasis sampai sentimen kelas. Sentimen keagamaan jelas bukan pengecualian.

Rezim totaliter dalam sejarah tidak ada yang bertahan, tapi saat itu korban sudah terlalu besar dan berlebihan, karena segenap tujuan ideologis yang mengingkari kehidupan nyata jelas melemahkan keberdayaan sosial. Di atas semua itu, pemusatan ekonomi yang didukung teror hanya akan membawa dirinya sendiri menuju kebangkrutan, ketika kesadaran sudah sangat terlambat [Magnis-Suseno dalam Arendt,1995 (1979): viii-xxii].


Seno Gumira Ajidarma,
wartawan

http://www.tempo.co/read/kolom/2014/06/17/1420/Psikopatik-Narsistik-Totaliter

Selasa, 28 Juli 2015

Anak Muda Indonesia Anti Korupsi


Ajarkan Anak Untuk Tidak Korupsi Sejak Dini.


Halo guys, kali ini saya ingin menampilkan sebuah video sederhana yang saya dapatkan dari YouTube. Video ini penting kita berikan kepada anak-anak muda bangsa yang akan menjadi penopang negara kita nantinya. Kelak anak-anak Indonesia mampu menjadi pelopor anti korupsi yang sedang marak digencarkan untuk menjaga negara kita dari bahasa korupsi yang telah merusak negara kita ini. Saya harap video ini bermanfaat buat kita semua dan terima kasih bagi orang yang telah membuat video ini.



Selasa, 28 April 2015

Profesi Pelacur Lebih Baik Daripada Pelacur Profesi




Profesi Pelacur Lebih Baik
Daripada
Pelacur Profesi

                Dalam kehidupan saat ini banyak hal ditemukan dari apa yang kita lihat mulai dari yang baik sampai tidak baik. Sepertinya hidup ini memang banyak hal. Ada hitam dan ada putih, namun terkadang hitam itu kita lihat putih dan putih itu kita lihat hitam. Sayangnya hal itu sangat untuk kita mengerti karena memang posisi antara hitam dan putih itu tergantung pada paradigma dan pola pikir kita masing-masing. Nah, kali ini penulis akan bercerita tentang Profesi Pelacur yang lebih baik daripada Pelacur Profesi.
                Profesi pelacur atau yang lebih tepatnya sebagai pekerjaan pelacur ialah orang yang hidup dalam kesulitan. Mereka hanyalah sekelompok orang-orang yang dianggap hina dan najis. Bahkan terkadang orang akan menganggapnya sebagai orang yang menganggu ketenangan hidup. Inilah adalah paradigma masyarakat yang banyak karena pekerjaan sebagai pelacur sangat banyak bukan karena pilihan mereka sebagai pelacur hanya saja banyak dari antara mereka menjadi pelacur karena memang susah untuk mengubah hidup mereka dari segi pendidikan dan bahkan dari segi ekonomi dalam hal ini pekerjaan pelacur dianggap lebih cepat menghasilkan uang. Namun sekali lagi bahwa banyak dari mereka yang sangat menyesal dengan keadaan mereka sendiri apalagi sama anak-anaknya. Ini adalah pekerjaan hitam. Mereka butuh uang uang untuk menjalani hidupnya. Memang pekerjaan pelacuran yang lebih halus sebagai tunasusila dilarang di negara ini. Sebab pekerjaan ini tidaklah baik secara agama dan norma yang hidup dimasyarakat. Dan negara telah banyak berbuat dalam mengurangi pekerjaan ini secara terus menerus. Mulai dari pemberian pelatihan, pekerjaan baru, dan memberikan suntikan-suntikan yang mampu menunjang kemampuan ekonomisnya. Memang kehidupan pekerjaan tunasusila itu hitam dan dapat kita mengubahnya. Hanya perlu waktu, mental, dan semangat hidup dalam berjuang karena pekerjaan sebagai pelacur sangat jelas dapat kita lihat dan yakin dapat kita ubah.
                Sementara itu masih ada yang namanya pelacur profesi. Ini adalah hal yang ngeri dalam kehidupan saat ini. Pelacur profesi itu berbeda dengan pekerjaan pelacur. Perbedaan ini sangat jelas. Ketika kita tadi berbicara soal pekerjaan pelacur maka hal itu dapat kita lihat jelas bahwa pekerjaan itu gelap, sementara pelacur profesi adalah orang yang melacurkan profesinya. Melacur disini itu maksudnya dia memberikan harga diri dari pekerjaannya sebatas pada mata uang. Coba lihat sekitarmu, seberapa banyak pekerjaan disisimu. Nah coba perhatikan dengan seksama, apakah ada hal yang salah? Umumnya kita dapat melihat banyak pungutan-pungutan liar dalam pengurusan sesuatu hal yang secara administrasi. Ini seolah-olah telah menjadi kebiasaan masyarakat banyak. Semua orang dinilai dengan uang tanpa memegang teguh prinsip dari pekerjaannya. Ketika pekerjaan yang dia tekuni itu adalah pekerjaan yang baik namun karena uang, kepentingan, dan kekuasaan dia rela mengubah pandangan terhadap pekerjaan baik itu menjadi pekerjaan yang baik menjadi pekerjaan yang seolah-olah putih tetapi hitam. Dia bersikap dimasyarakat umum sebagai orang yang memiliki wibawa dengan status pekerjaannya. Hanya saja dia tidak memperlihatkan wujud buruknya. Sehingga orang hanya baik-baik saja denga kehadirannya sebagai orang yang busuk. Terkadang saya sebagai penulis berharap bahwa saya tidak akan melacurkan pekerjaan saya pada apapun dan demikian juga dengan pembaca.
                Realita kenyataan hidup yang kedua yang dapat kita temui adalah dimana ketika hitam menguasai putih dan putih tersingkirkan dengan hitam yang menodainya. Walaupun suatu hari nanti kebenaran akan jelas antara hitam dan putih. Dan putih yang akan bersinar dari hitam. Dimana dalam suatu pekerjaan seseorang  dalam team dan kelompoknya akan memiliki idealisme tersendiri. Dimana pandangan dan pegangan teguh yang dimiliki seseorang itu akan berbeda. Mereka menemui setiap masalah dan cobaan yang dialami dalam pekerjaan. Godaan terhadap uang, kekuasaan, dan wanita. Sulit untuk menolak hal itu karena memang keinginan dari daging sendiri. Berbicara soal uang adalah penyebab banyaknya masalah timbul. Terkadang uang itu bermanfaat ketika kita dapat mengendalikan dan menguasai keinginan dari diri sendiri. Dan terkadang uang itu lebih menguasai manusia ketimbang manusia yang menguasainya. Pernahkah kalian berpikir apa kebutuhan orang kaya? Makanan, minuman, mobil, pesawat, kapal, atau apa? Jawaban yang paling tepat adalah bahwa kebutuhan orang kaya adalah lebih kaya lagi. Kebutuhan ingin lebih kaya dan yang lebih kaya ingin sangat kaya.
                Memang pekerjaan itu sangat identik dengan hasil yang ingin kita dapat misalnya dengan balasan seperti upah tinggi. Semakin besar beban tanggung jawab maka semakin besar harusnya pekerjaan. Bagaimana jika orang yang beban besar dengan upah kecil? Mungkin akan ada tindakan tidak puas. Puas tidaknya seseorang akan apa yang diperoleh memang harus tetap dia syukuri. Bekerja secara efektif dengan upah yang dianggap kecil baginya adalah salah namun sebenarnya dirinya yang salah. Karena memang diri kita sebagai manusia tak pernah akan ada kata puas dalam hidup ini. Suap, melakukan tindakan maladministrasi, dan hal curang demi uang juga banyak terjadi. Inilah yang disebut sebagai pelacur profesi. Profesi yang harusnya demi kebaikan dan kepentingan banyak orang menjadi profesi yang menguntungkan diri sendiri. Sungguh disayangkan kalo memang uang itu merusak citra baik kita dan uang itu tak dapat membuat kita menjadi lebih baik. Terkadang hanya untuk mendapatkan uang selalu maka sekelompok orang akan melindungi hal itu dari orang-orang yang bersikap benar dengan memegang aturan dan idealismenya sendiri. Dimana orang benar ini akan disingkirkan orang-orang yang bersekongkol. Bagaimana orang berprestasi dan memegang teguh prinsip harus dipindah tugaskan karena tidak ikut mengikuti arus sebagai pelacur profesi. Bagaimana orang benar dan baik tersebut ditekan dalam bekerja dan selalu dicoba untuk disingkirkan. Percobaan yang tidak akan berhenti sebelum memang kebenaran itu nyata nyata ada dan keadilan itu ada. Permainan ini akan terus ada sebagai penyakit masyarakat yang cinta pada uang melebihi rasa hormat dan mental yang kuat.
                Jadi harusnya bagaimana kita bekerja? Memang kita harus tetap memegang etika profesi masing-masing. Setidaknya memuat hal sekurang-kurangnya:
1.       Tanggung jawab
2.       Keadilan
3.       Otonomi
4.       Prinsip integritas moral yang tinggi.
5.       Komitmen pribadi menjaga keluhuran profesi
Dengan begitu kita memang menjadi orang yang benar-benar putih. Terkadang kita harus melihat bahwa hitam itu lebih baik dari hitam yang seolah-olah putih karena hitam itu tak ada berbohong sementara putih itu berbohong sementara dia itu sebenarnya hitam. Jelaslah menjadi warna putih yang harus kita tuju. Tidaklah berpura-pura menjadi putih. Apapun memang profesi kita, kita harus mampu menjadi orang yang bermental kuat untuk mampu bertahan dalam pegangan idealisme kita yang mampu membuat negara, masyarakat, dan diri kita sendiri bangga pada hasil karya kita sendiri.

Baik Untuk Beretika, Beretika Untuk Baik



Baik Untuk Beretika, Beretika Untuk Baik

Halo, kali ini saya ingin bercerita akan apa yang saya tahu tentang etika profesi. Hal ini saya peroleh dari masa kuliah saya. Begitu banyak pekerjaan saat ini, bahkan karena banyaknya kita mungkin tak pernah mendengar atau melihat keberadaan pekerjaan tersebut. Memang sesuatu pekerjaan atau profesi akan menghasilkan hal-hal yang berbeda terhadap profesi lainnya. Perbedaan itu jelas nyata karena kemampuan dari profesi itu bersifat istimewa dan khusus. Walaupun kita kadang menemukan bahwa sesuatu profesi terlihat memiliki persamaan tapi tetap saja beda oleh karena visi, misi, dan kode etik dari profesi tersebut. Seperti antara guru dengan dosen. Sekilas memang bahwa profesi tersebut sama-sama memiliki kesamaan untuk mengajari kita dalam mengisi ilmu pengetahuan. Perbedaannya adalah seorang guru jauh lebih perhatian kepada muridnya ketimbang dosen saat murid itu berbuat salah. Karena seorang guru mengajari orang yang belum dewasa dan harus lebih perhatian khusus, berbeda dengan dosen yang mengajari seorang murid yang sudah dewasa dan tugas dosen hanyalah untuk membimbing dan mengarahkan murid tersebut. Dan masih ada perbedaan antara guru dan dosen yang tidak bisa saya katakan karena saya bukan menulis perbedaan tersebut tetapi terlebih terhadap profesi dan etikanya.
Jika kita sering bertanya pada anak-anak, “Apa cita-citamu?” dari sekian banyak anak akan menjawab saya akan menjadi seorang dokter, polisi, presiden, dan pilot. Hal itu memang jelas karena profesi diatas hal yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Akan sangat bingung atau hal lucu dan bahkan heran ketika kita menemukan seorang anak bercita-cita menjadi seorang makelar, account representative, auditor, perminyakan, dan atau pengamat pasar. Karena memang profesi diatas dan banyak lagi profesi jarang ditemui. Semua profesi yang ada dimuka bumi ini memiliki kegunaan dan tugas khusus dalam menjalani hidupnya. Setiap profesi itu penting mau apapun profesi itu. Profesi selain mengandung arti pekerjaan sebagai panggilan dan tumpuan hidup dan standar yang tinggi, juga berarti pekerjaan yang bercirikan keluhuran dan komitmen moral yang tinggi. Tegasnya, profesi memang suatu pekerjaan, tetapi berbeda dengan pekerjaan pada umumnya. Suatu profesi dibangun dengan landasan yang bermoral karena seorang profesional memang dituntut untuk menghasilkan kinerja berstandar kualitas tinggi dan mengutamakan kepentingan publik.
Seorang dalam menjalani hidupnya akan diatur oleh yang namanya norma. Karena norma ini sebagai acuan tindakan sah tidaknya seseorang dalam menjalani hidupnya sehari-hari. Demikian juga dalam dunia profesi kita masing-masing akan memiliki norma tertentu atau etika yang harus dipenuhi dalam bekerja. Etika profesi mengatur khusus tentang suatu perbuatan yang berbeda dikehidupan sehari-hari. Menurut Keiser dalam (Suhrawardi Lubis, 1994: 6-7), etika profesi adalah sikap hidup berupa keadilan untuk memberikan pelayanan profesional terhadap masyarakat dengan ketertiban penuh dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban terhadap masyarakat. Pelayanan dalam tugas harus mampu membuat dan menghasilkan profesional dan kepuasan dari masyarakat atau yang terpengaruh karena profesi kita. Profesional adalah orang yang menjalani suatu profesi, dan karenanya, mempunyai tanggung jawab yang tinggi untuk berkarya dengan standar kualitas tinggi dilandasi dengan komitmen moral yang tinggi pula. Mengingat makna profesi dan profesional itu, maka etika profesi merupakan unsur atau dimensi yang tak terpisahkan dari setiap profesi. Etika profesi atau etika profesional merupakan unsur sangat penting dalam kehidupan komunitas profesi.
Oleh karena etika profesi merupakan hal urgent dan sangat penting maka kita sering menemukan ketika seseorang yang bekerja disuatu instansi melakukan hal yang abnormal dan melanggar etika profesi dan bahkan norma hukum maka akan banyak masyarakat yang mengecap rendah profesi tersebut. Itu merupakan gejala sosial yang dapat diterima masyarakat karena tingkat kepercayaan suatu masyarakat terhadap suatu instansi yang dirusak dengan adanya seseorang yang melakukan tindakan tersebut. Sementara sekian banyak dari orang yang bekerja diinstansi tersebut, sangat banyak orang yang berkompeten dan memegang teguh prinsip namun nama baik tercoreng oleh karena ulah satu dua orang yang salah. Susah untuk mengubah paradigma masyarakat tersebut. Ingatkah kita akan kasus Gayus Halomoan Tambunan yang merusak citra suku batak dan citra instansi Direktorat Jenderal Pajak? Ketika kasus tersebut muncul banyak orang batak yang kena imbas oleh kesalahannya, bahkan banyak orang yang menyesali dirinya menjadi orang batak karena ejekan massa. Sementara banyak hal yang orang tidak ketahui tentang perjuangan dan sisi baik orang batak dalam membangun negeri ini lewat usaha, birokrat, maupun pagawai negeri sipil yang memegang prinsip baik untuk membangun negeri. Selain itu, pihak yang dirugikan Direktorat Jenderal Pajak yang mana banyak pengamat dari kalangan masyarakat mengatakan bahwa instansi pajak sebagai sarang koruptor oleh karena kasus Gayus ini. Sementara orang tidak banyak tahu akan sistem DJP yang jauh lebih unggul dari instansi lainnya termasuk dalam pengawasan dan pelayanan pada masyarakat. Kesalahan seseorang dalam profesinya akan merusak citra profesi tersebut.